Lanjutan.......
25 Juni, hari ke-4 dari Tasikmalaya jam 6 pagi, alhamdulillah perjalanan lancar dan udara terasa nyaman dan masih sedikit berkabut yang menjadikan kita semakin senang menikmati udara segar alami.Daerah demi daerah dan masuk daerah Banjar kita sepakat sarapan dulu dengan menu soto ayam (Bunda), sop baso tahu (ayah), dan ayam goreng (Kakang dong....tambah lalab leunca), disini Bunda lihat tanaman si empunya t4 makan tsb dan tertarik dengan salah satu jenis tanaman tsb, Bunda pun niat mau membeli sebagain pohon tersebut, sayang disayang tidak diberi kesempatan tuk memiliki tanaman itu.HIK.....hik.........
Melanjutkan perjalanan dan menikmati keunikan masing-masing daerah sambil sesekali melihat peta karena Bunda sebagai co driver dan harus jeli ,sampai di beberapa daerah banyak tanda2 pemilihan Kades/pilkades, misal daerah Sampiuh warga sedang berbondong2 menuju TPS ada yg jalan kaki,bersepeda bahkan memakai truk sekali pun...sepertinya seru.......
Sesekali kita main tebak2an dengan Kakang atau plesetan kata atau nama kota yang kita Lalui....misal karena
ada daerah BROSOT, Ayah langsung komentar.....”ich Kakang ka BROSOT an”dll......jadi suasana tidak bosen .Sampiuh berlalu, masuk daerah Tambak dan sepanjang jalan banyak penjual sate bebek katanya sih ciri khas Tambak, tidak menghilangkan kesempatan dan karena penasaran akhirnya stoooooop parkir untuk nyicip sate bebek yang empuk, gurih dan lezaaaaat,nyam...nyam........
25 Juni, hari ke-4 dari Tasikmalaya jam 6 pagi, alhamdulillah perjalanan lancar dan udara terasa nyaman dan masih sedikit berkabut yang menjadikan kita semakin senang menikmati udara segar alami.Daerah demi daerah dan masuk daerah Banjar kita sepakat sarapan dulu dengan menu soto ayam (Bunda), sop baso tahu (ayah), dan ayam goreng (Kakang dong....tambah lalab leunca), disini Bunda lihat tanaman si empunya t4 makan tsb dan tertarik dengan salah satu jenis tanaman tsb, Bunda pun niat mau membeli sebagain pohon tersebut, sayang disayang tidak diberi kesempatan tuk memiliki tanaman itu.HIK.....hik.........
Melanjutkan perjalanan dan menikmati keunikan masing-masing daerah sambil sesekali melihat peta karena Bunda sebagai co driver dan harus jeli ,sampai di beberapa daerah banyak tanda2 pemilihan Kades/pilkades, misal daerah Sampiuh warga sedang berbondong2 menuju TPS ada yg jalan kaki,bersepeda bahkan memakai truk sekali pun...sepertinya seru.......
Sesekali kita main tebak2an dengan Kakang atau plesetan kata atau nama kota yang kita Lalui....misal karena
Butuh, daaerah selanuutnya yg kita lalui, disini juga banyak dawet ireng dan masih bikin penasaran , nyicip dulu ach.........glegk......enaknya, terasa lembut dan adem di perut.... Mau tau harganya?
“Hanya” Rp 4.500 per tiga gelas. Alhasil, uang Rp 5.000 masih dikembalikan Rp 500. Si penjual dawet, wanita berjilbab yang sopan dan mengaku bernama Sri, juga bertanya darimana kami berasal. Sambil minum dawet, percakapan dengan Mbak Sri jalan terus.
“Maaf, bapaknya ini kerja dimana toh, kok bisa jalan jauh?” tanyanya pada misua. Misua bilang lagi ambil cuti. Katanya lagi, dia bersuamikan seorang pekerja yang kini sedang mengerjakan sebuah proyek di Polda Metro Jaya, Jakarta.
Sebelum sampai Yogya, kami melewati daerah Wates. Waktu sudah menunjukkan pukul 14.30 dan cacing di perut sudah menagih jatah makan siang. Kami berbelok ke sebuah rukok. Di sana ada warung Juminten. Tidak lain, nama Juminten itu adalah si empunya warung, yang ternyata kami tahu di kemudian hari, itu warung terkenal sampai ke Solo. Kami dilayani ya oleh Bu Juminten itu. Dia bercakap dalam bahasa Jawa halus. Ah, mau halus maupun kasar, tidak berbunyi sama sekali karena kami tidak mengerti detail. Yang jelas, Bunda, Kakang sama ayah terus saja bercakap-cakap pake bahasa Sunda hahhaha...
Surprise, makannya uenak tenan, terutama telur bacem yang di Jakarta belum menemukan. Ayam kampungnya juga, kampungan banget, sebab enaknya luar dalem. Kakang sampai sampai blas, hanya menyisakan tulang belulang. Bu Juminten juga pembuat gudeg Yogya yang katanya enak. Satu kendil dijual Rop 55.000. Sayangnya Ayah tidak suka gudeg yang katanya serasa kolak manis itu.
Jalan terus.....sampai akhirnya memasuki daerah Yogyakarta lewat RINGROAD menuju SOLO ..... Perkara ringroad, ini cukup memusinghkan. Soalnya, orang-orang sekitar tidak tahu arti atau istilah ringroad. Mungkin kalau dibilang Jalan Cincin mereka ngerti kali yeee.... Akhirnya, setelah menemukan jalan lingkar itu, kami lurus saja menuju Solo dengan melewati pinggiran kota Yogyakarta tanpa masuk ke jantung kota gudeg..
Nyampe di solo sudah jedur maghrib dan hari sudah gelap. Kata orangtua dulu, itu saat-saat keluarnya setan. Eh, kita malah masuk kota hahahha.... Karena rarang-rorong, kata orang Sunda tea mah, akhirnya kami dipandu Neni, adik ipar Bunda, yang naik motor bersama temannya.
26 Juni, hari ke-5 masih city tour di Solo dimulai mengunjungi Keluarga Mufi yang sudah lama menjadi teman ,dimulai dari teman chat dan sampai sekarang menjadi seperti saudara ,saling berkunjung dan berkenalan dengan keluarga besar masing2(alhamdulillah menghasilkan yang posiitif), setelah bincang dengan keluarga besar ,Ayah pun memesen meja catur(kolektor) dilanjutkan makan Soto Gading, selesai makan dilanjut ke Pasar Triwindu
“Maaf, bapaknya ini kerja dimana toh, kok bisa jalan jauh?” tanyanya pada misua. Misua bilang lagi ambil cuti. Katanya lagi, dia bersuamikan seorang pekerja yang kini sedang mengerjakan sebuah proyek di Polda Metro Jaya, Jakarta.
Sebelum sampai Yogya, kami melewati daerah Wates. Waktu sudah menunjukkan pukul 14.30 dan cacing di perut sudah menagih jatah makan siang. Kami berbelok ke sebuah rukok. Di sana ada warung Juminten. Tidak lain, nama Juminten itu adalah si empunya warung, yang ternyata kami tahu di kemudian hari, itu warung terkenal sampai ke Solo. Kami dilayani ya oleh Bu Juminten itu. Dia bercakap dalam bahasa Jawa halus. Ah, mau halus maupun kasar, tidak berbunyi sama sekali karena kami tidak mengerti detail. Yang jelas, Bunda, Kakang sama ayah terus saja bercakap-cakap pake bahasa Sunda hahhaha...
Surprise, makannya uenak tenan, terutama telur bacem yang di Jakarta belum menemukan. Ayam kampungnya juga, kampungan banget, sebab enaknya luar dalem. Kakang sampai sampai blas, hanya menyisakan tulang belulang. Bu Juminten juga pembuat gudeg Yogya yang katanya enak. Satu kendil dijual Rop 55.000. Sayangnya Ayah tidak suka gudeg yang katanya serasa kolak manis itu.
Jalan terus.....sampai akhirnya memasuki daerah Yogyakarta lewat RINGROAD menuju SOLO ..... Perkara ringroad, ini cukup memusinghkan. Soalnya, orang-orang sekitar tidak tahu arti atau istilah ringroad. Mungkin kalau dibilang Jalan Cincin mereka ngerti kali yeee.... Akhirnya, setelah menemukan jalan lingkar itu, kami lurus saja menuju Solo dengan melewati pinggiran kota Yogyakarta tanpa masuk ke jantung kota gudeg..
Nyampe di solo sudah jedur maghrib dan hari sudah gelap. Kata orangtua dulu, itu saat-saat keluarnya setan. Eh, kita malah masuk kota hahahha.... Karena rarang-rorong, kata orang Sunda tea mah, akhirnya kami dipandu Neni, adik ipar Bunda, yang naik motor bersama temannya.
Radio Kuno
Tri Windu berlalu beralih ke Keraton Mangkunegaran yang merupakan peninggalan Mangkunegara, banyak
Masih ada kepercayaan siapa yang bisa memeluk penuh,(artinya tangan bertemu tangan lagi )1 tiang dan menginginkan sesuatu, insya allah terkabul...wallohualam.....
Kemudian ada 1 gading uniq yang di buat selama 26 tahun (1916-1942)yang berukirkan cerita kerajaan,
<=====lesehan SUKOWATI
Dua pemuda harapan bangsa yang maka ndengan lahapnya, apalagi Kak Iyan paling heboh, orang lain baru dua suap....Kak Iyan?hampir habis.....astagfirullah.......
27 Juni, hari ke-6 yang semula berencana ke Tawangmangu, namun karena kecapean akhirnya menuju Yogya
BersMBUNG................................
4 comments:
Waa, ke Solo ya mBa?
Udah ke Soto Gading segala...hiks, kangen juga sama Oslo tercintah.
aduuuhhhh Teteh Ntrie... liburannya sukses berat ya... agil mah gak bisa kemana2... selain emang gak mungkin pulang, di kantor lagi ada tender, dan lagi nabung buat beli kamera heheheh
Syukur atuh Teh, masih bisa meluangkan waktu berbahagia dengan keluarga.. duuhh nikmatnya dapat agil rasakan juga...
gil sekarang hobi motret, kalo dulu kan dipotret hehehe pengen belajar motret obyek dengan lebih baik aja Teh... akhirnya bener2 jatuh cinta...
ditunggu lanjutan tour d javanya ya Teh...
Wisata keluarga + Wisata kuliner nich ceritanya.... Hehehe....
Astagfirulloh...ieu dibaca tiawal dugi ka akhir caritana teu jauh ti makan jeung makan....jadi lapar..
Post a Comment