Percakapan Singkat yang Berkesan

Rudi…..bocak kelas 5 SD ini duduk tepat disebelahku, sewaktu menunggu KA pagi jurusan
Sudimara – Tn. Abang dan percakapanpun dimulai. == Foto. dok. suaramerdeka==

Bunda(B) : Sekolah dimana Rud?
Rudi (R) : Di Tanah Abang
B : Kelas berapa?
R : Kelas 5
B : Masuk dan pulang jam berapa?
R : Jam 11. WIB pulang jam 14.00 WIB
B :Rudi tiap hari pake kereta,emang rumahnya dimana, trus tadi udah sarapan belum, makan siagnnya jam berapa? (pertanyaan yang berentet karena merasa takjub dan salut, usia segitu muda dan sekolah jauh dari tempat tinggal dan pengguna KA yang tanpa pernah membeli karcis /tiket.

Sementara KA belum datang Rudi pun menjawab rentetan pertanyaanku :
“ Rumah di bedeng sono tuh, hm….deket Ciputat sana, dulu tinggal di Tn Abang baru kelas 4 pindah ke sini, dari rumah ke Stat, pake angkot bayar serebu.Tadi pagi sarapan dulu, kalo nyampe sekolah ya belajar sampai nunggu jam masuk, terus pulangnya pake KRL jam 15.00 WIB” (tiba di Sudimara jam 16.00)

Dan setelah tanya lebih jauh, Rudi baru akan makan ke-2 x nya (bukan makan siang atau malam) setelah di rumah ,artinya sekitar jam 16.30 WIB. Hmmm……begitu lama perut dibiarkan kosong?????? “Sabar ,nak, semoga kegigihanmu menuntut ilmu kelak menjadi harapan orang tuamu”

Keretapun datang menjemput anak bangsa yang gigih……..”OK RUd, hati-hati…..”

Rudi berlalu…….namun obrolan masih bisa dilanjutkan dengan ibu “Intan” mantan pramugari yang bekerja di kawasan bundaran HI dan kebetulan menunggu KA yang sama dengan diriku.
Ibu Intan merupakan ibu dari seorang putri yang saat ini sudah mahasiswa dan kami pun asyik dengan obrolan mengenai anak dan kehidupan…….
Semakin lama (mungkin tidak lebih dari 15 menit), kami share, namun dia lebih aktif cerita mengenai anak tunggalnya seorang “Aina” yang kala usia 4 thn di titipkan kepada kakek dan nenek (tiri) nya dan kebetulan pada waktu itu ada anak seusianya. Aina dititip karena orang tua bekerja sampai larut malam, bahkan sering ditinggal terbang beberapa hari lamanya.

Otomatis semua kebutuhan Aina di berikan pada nenek n kakeknya sekalian menitipkan pada mereka, kebutuhan berupa susu juga uang “jajan” untuk perbulan, namun semenjak Aina di titipkan badannya semakin kurus, usut punya usut susu yang selalu dititipkan itu tidak pernak nenek berikan, tapi mereka berikan sama anak si nenek tsb.

Suatu hari bu Intan bertanya sama Aina, karena oleh2 atau souvenir yang selalu Bu Intan belikan sehabis pulang tugas/terbang dari LN, entah berupa mainan, atau sekedar coklat selalu habis bahkan bonekapun tidak ada.
“Nak oleh-oleh yang Mama belikan kemana kok gak ada ”
“Aina sudah berikan ke temen, Ma”
“Itu untukmu nak, kok malah diberikan temen?”
“Mama, Aina gak perlu semua itu, Aina hanya butuh Mama”

Saat mendengar uraian semua itu, sontak saya merasakan perasaan bu Intan saat itu dan tidak terasa mulai menggenang air mata di pelupuk.

Semenjak itu Bu Intan mulai berhenti bekerja dan kembali ke rumah untuk mengurus Sang Buah hati yang sangat membutuhkan belaian sang MAma..........

Terima kasih Ya Rabb, hari ini telah banyak pelajaran yang Kau perlihatkan dan perdengarkan, semoga semua pengalaman ini akan menambah ketawakalan hamba Mu dan selalu berterima kasih atas semua kenikmatan yg telah Engkau berikan, Rabb…. Amien……