
Adalah nama sebuah gunung yang berada di tataran tanah parahiyangan tepatnya 17 km dari pusat kota Tasikmalaya dengan ketinggian 2.168 meter diatas permukaan laut yang meletus pada Februari 1982.
Lebaran , H + 2 (Kamis, 26 Oktober) kemarin kita menyempatkan rekreasi kesana, karena dengan bersuamikan orang Tasikmalaya, masa keluarganya belum tauk tempat tersebut? Apalagi abu letusan gunung tersebut juga sampai di tanah kelahiranku Kota Bandung (waktu itu masih kelas 1 SMP).
Kita berangkat sudah siang, karena sebelumnya silaturhmi ke Indihiang jadi sehabis solat dhuhur baru menuju tempat Wisata Gunung Galunggung , ternyata oh ternyata menuju sana cukup lumayan rame dengan kendaraan yang bertujuan sama dan menurut kabar "macet", karena sudah tekad jadi dijalani juga.
Dan benar, banyak sudah mereka yang berada disana juga mereka yang akan pulang, jadinya hiruk pikuk, belum lagi jalanan yang masih berpasir karena letusannya.


Eh iya rombongan yang berangkat 2 mobil, yaitu kel. Munzier lengkap dengan Agni yang baru 5 bulan (hiii…bayi2 ikut naik gunung loh…), Kel. Enin Euis (Enin dan Teh Alet), juga kel. Nugraha (Ayah, Bunda dan Kakang). Enin yang bikin nasi timbel lengkap dengan petai, ayam goreng, ikan peda dan rujak cuka(asinan ceuk jakartaanna mah).
Karena waktu sudah cukup siang dan pada laper, walaupun belum naik ke puncaknya kita

Nah setelah memulihkan tenaga, baru dech siap2 untuk naik ke puncak dan melihat kawahnya, dengan semangat “perjuangan 45” semua jalan meniti tanjakan yang berpasir, Kakang semangat sekali karena merupakan pengalaman pertamanya naik gunung bersama keluarga, dia sibuk nyari ranting yang dapat di pakai tongkat untuk membantu naik sampai tujuan, dengan terengah2 dan canda tawa dia bisa melampaui untuk tahap 1 (tempat istirahat sebelum meniti anak tangga), tetep Agni ikut walau harus bergantian gendong karena kondisi yang terjal juga berat yg jelasnya mah.
Alhamdulillah, tahap 1 terlampaui (Agni sama Enin hanya sampai sini), di lanjutkan dnegan meniti anak tangga, walau dengan susah payah beberapakali istirahat (maklum puasa) tetap melanjutkan sampai puncaknya, takjub Kakang dan Teh Alet melesat duluan. Akhirnya sampai juga di puncaknya walaupun sesekali menanyakan si emang-emang penjual minuman di anak tangga tersebut
Bunda : “ Mang, nembe tangga kasabaraha ieu????”
Emang: “Nembe, 140 Bu” (halah geus kolot geuning diriku teh disebut ibu2, haaaaaa)

Subhanallah, di bawah sana berdiri masjid yang memang di dirikan oleh pemerintah ( begitu susahnya karena jalanan yang terjal berpasir).Cukup sudah menikmati alam Wisata Gunung Galunggung kita segera menuruni anak tangga kembali karena waktu sudah sore menunjukkan pukul 15.30. WIB, nah kalo turunnya agak mending dech gak secapek waktu naik secara iseng2 sambil menghitung jumlah anak tangga dengan Kakang tapi tetep masing2 punya hitungan sendiri2 alias gak sama jumlahnya……”mangga we lah sabaraha oge, capek abdi mah…..”
Sore itu harus buka puasa di jalan, selain memang sudah kesorean pulang juga jalanan agak macet jadi mencari jalan alternatif, dan langsung ke pemandian air panas untuk berendam menghilangkan pegel dan capek, hmmmm……enaknya….., bener juga rasa capek dan pegal tidak terjadi, alhamdulillah…..
3 comments:
euleuh eta galunggung indah juga yah..apalagi jalannya serombongan makin asyik aja :)
jadi inget waktu esde..galunggung meletus kena ujan debu hhehehhehe....
Wah, jadi kangen pengin ke Galunggung... :)
Salam kenal yaaa!
Teh, duh si agil ke galunggung pas smp, baksos di desa terakhir dulu. sekarang indah begitu ya.. wah layak dikunjungi juga tuh tempat..
yang gil geli, waku teteh tanya ama emang2 jumlah tangga ke berapa... jawaban si emang yang bikin kaget bukan jumlahnya ya.. tapi ucapan ibu nya itu.. hehehhe...
tapi emang, urang teh geus kolot nya.. hehehehhe
Post a Comment